top of page
Search

Kibumi-Bank Sampah Bersinar Lolos Program Akselator Ekonomi Sirkular

Updated: Oct 12, 2022

Penulis: Nuzulia Nur Rahma Editor: Fin Harini


Ilustrasi. Pencacahan sampah botol plastik menggunakan mesin untuk didaur ulang di Bali Pet Collection Center, Denpasar, Bali. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo


JAKARTA – Dua dua organisasi asal Indonesia, Kibumi dan Bank Sampah Bersinar, terpilih menjadi peserta program akselerator yang bertajuk Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge yang diadakan oleh The Incubation Network. Ajang ini memungkinkan kedua organisasi tersebut untuk meningkatkan potensi ekonomi sirkular plastik.

Melansir dari siaran resminya, Jumat (26/08), peningkatan potensi ini bisa sampai dengan Rp69,5 miliar, termasuk peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar lokasi operasional keduanya dalam lima tahun ke depan.

Menurut Direktur The Incubation Network, Simon Baldwin, perusahaannya berkomitmen untuk mendukung usaha lokal yang membuat solusi-solusi untuk pengolahan sampah plastik. "Komitmen kami hadir tidak hanya melalui program Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge, namun juga melalui program Informal Plastic Collection Innovation Challenge yang kami lakukan tahun lalu,” kata Simon.

Ia juga menerangkan, The Incubation Network melalui program tersebut mampu mendukung berbagai inovator yang memiliki misi meningkatkan efektivitas pengumpulan dan daur ulang sampah plastik melalui peningkatan taraf hidup, transparansi, kapasitas, dan peran dari sektor informal. "Program yang dilakukan bersama Global Plastic Action Partnership, UpLink dari World Economic Forum, dan Alliance to End Plastic Waste fokus untuk mendorong solusi inovatif yang fokus pada kegiatan daur ulang dan upcycling sampah plastik," ungkapnya.

Untuk saat ini diketahui, berdasarkan berbagai data dari IUCN menyatakan bahwa ada sekitar dua juta ton sampah plastik atau 17% dari total sampah yang mencemari 1 laut pada 2017-2019. Pembangunan Rendah Karbon Indonesia, sebuah platform dari Bappenas 2 , menyatakan bahwa Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton limbah plastik setiap tahunnya. Jumlah ini diperkirakan akan berlipat ganda menjadi 13,6 juta ton pada tahun 2040.

Simon menegaskan persoalan sampah ini menjadi semakin genting karena hanya sekitar 30% dari sampah plastik Indonesia yang terkelola. Sementara, sisanya akan mencemari laut, dibakar, atau dibuang sembarangan sehingga memberikan ancaman bagi lingkungan dan biodiversitas.

Peningkatan Ekonomi dan Lingkungan

CEO dari Bank Sampah Bersinar, Fei Febri mengatakan program ini memberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan sekaligus menjadikan modal agar Bank Sampah Bersinar dapat meningkatkan potensi ekonomi sirkular di Indonesia.

"Tidak hanya itu, kami juga berharap lewat program ini ada peningkatan taraf hidup masyarakat, membuat sistem daur ulang yang berkelanjutan, dan berkontribusi terhadap target pemerintah untuk mengurangi sampah plastik laut hingga 70% pada tahun 2025," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama Vice President Projects, Alliance to End Plastic Waste, Nicholas Kolesch mengatakan seiring dengan peningkatan permintaan untuk plastik daur ulang, tantangan Plastic Waste to Value Southeast Asia Challenge akan mendukung berbagai inovator di region ini untuk memenuhi permintaan tersebut, mengurangi sampah plastik di lingkungan, dan memutar roda ekonomi sirkular.

"Untuk itu, menghilangkan sampah plastik dari lingkungan kita adalah hal yang sangat perlu kita lakukan karena adanya dampak negatif bagi lingkungan dan ekonomi,” imbuhnya.

Selain Kibumi dan Bank Sampah Bersinar, ada tiga inovator lain yang akan menerima kesempatan untuk mengembangkan kemitraan, mendapatkan mentorship, meningkatkan profil, memperluas akses ke jaringan, dan mendapatkan hibah untuk mengembangkan solusi mereka.

Berikut daftar inovator dari Asia Tenggara yang akan mengikuti program ini adalah: - Bank Sampah Bersinar (Indonesia): memberikan solusi pengelolaan sampah berbasis komunitas. - Kibumi (Indonesia): memperkuat rantai pasok daur ulang plastik melalui digitalisasi dan modernisasi tempat pengumpulan sampah. - Plastic People (Vietnam): mendaur ulang (upcycle) sampah plastik menjadi produk seperti furnitur dan aksesoris. - Envirotech Waste Recycling Inc. (Filipina): mengumpulkan sampah plastik sekali pakai dan mengubahnya menjadi produk yang berguna seperti furnitur untuk digunakan di sekolah-sekolah di Filipina. - TerraCycle Global Foundation (Thailand): memberikan solusi yang mudah, inovatif, dan berdampak luas untuk mencegah, menarik, dan mendaur ulang sampah dari lingkungan.

Para innovator terpilih ini telah diseleksi berdasarkan kontribusi mereka di salah satu area fokus. Yakni, meningkatkan jumlah sampah plastik yang dikelola, diproses, dan/atau didaur ulang; mendukung peningkatan operasional dari pengelolaan sampah plastik dan daur ulang; serta meningkatkan kondisi kerja organisasi pengelolaan sampah dan daur ulang.


118 views0 comments
bottom of page