top of page
Search

Berkah dari Bank Sampah di Baleendah, Ismail Berbagi dengan Anak Yatim, Warga Mulai Rebutan Sampah

Updated: Oct 12, 2022


TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Ismail (32) merasa mendapat berkah ketika bergabung dengan sebuah bank sampah.


Kini, bersama timnya, dia bisa berbagi dengan anak yatim yang tinggal di RW-nya, RW 09, Kelurahan Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Saat ini ada 35 anak yatim dan 63 orang jompo di lingkungan tersebut.


Dua minggu sekali, Ismail bersama timnya memilah sampah-sampah yang terkumpul dari warga RW itu. Setelah terkumpul dan dipilah, sampah itu dijemput bank sampah yang bernama Bank Sampah Bersinar (BSB).


"Saya tertarik ketika mereka memperkenalkannya di sekolah. Kebetulan saya guru SD Baleendah 4. Mereka memang melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah. Kami bahagia bisa berbagi dengan anak yatim," kata Ismail saat ditemui Tribun di rumahnya, Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jumat (10/1/2020).


BSB adalah bank sampah yang menawarkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Mereka terus bersosialisasi agar kesadaran masyarakat terus tumbuh bahwa sampah itu bernilai.


Warga bisa menabung sampah, berbelanja, dan menjual sampahnya ke bank tersebut. Itu juga yang dilakukan Ismail. Sampahnya ditabungkan di BSB, yang kemudian diambilnya jika dibutuhkan. Ismail, pengelola bank sampah di RW 09 Manggahang (Tribun Jabar/Januar P Hamel)


Menurut John Sumual (50), Manajer Development BSB, untuk menyadarkan betapa sampah itu bernilai, dibutuhkan pendekatan.

Untuk melakukan sosialisasi, BSB membentuk unit-unit di RT-RW, instansi, atau kalangan pedagang. Syarat membentuk unit harus memiliki 20 anggota.


"Setelah ada 20 anggota, mereka membentuk kepengurusan, kemudian kami training pengurus ini. Ini diawali dengan sosialisasi. Sebelum terbentuk, dikumpulkan orangnya di RT atau di RW. Kami lakukan penyuluhan soal bank sampah," kata John.


Setelah melalui proses itu, kata John, mereka menentukan jadwal penimbangan. Sampah-sampah yang telah terkumpul kemudian dijemput petugas BSB. "Kalau tidak punya armada, kami jemput. Rata-rata seminggu sekali atau dua minggu sekali," katanya.


Menurut John, banyak unit BSB yang berhasil, seperti unit BSB di Ciganitri dan Bojongsoang.

John Sumual (50), Manajer Developmen Bank Sampah Bersinar (BSB) di RW 09, Kelurahan Manggahang,


Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jumat (10/1/2020). (Tribun Jabar/Januar Pribadi Hamel)

BSB bekerja sama dengan Bank BNI dan Pegadaian. Warga juga bisa membeli emas menggunakan sampah yang dikonversi ke uang menjadi Rp 7.000.


Kalau sampah dikelola secara konvensional, kata John, akan sulit dilakukan. Pengelolaan sampah, ujar dia, harus berbasis masyarakat, harus melibatkan masyarakat secara lngsung.


"Sekarang tidak menyentuh sumber. Kalau masyarakat tidak disentuh, akan sulit mengelola sampah," kata John.


Sejak September 2014, BSB terus mengedukasi masyarakat. Masyarakat, kata John, tahunya membuang sampah itu ke TPS atau TPA. Untuk mengedukasi masyarakat, mereka harus melibatkan semua pihak karena bank sampah memiliki keterbatasan.


Warga yang telah bergabung dengan BSB mulai berebut sampah karena tahu sampah itu ada nilai ekonominya.


"Fenomenanya begini, mereka mulai rebutan sampah. Coba kalau semua warga di Bandung ini berebut sampah, nanti tidak akan ditemukan lagi sampah," kata John. (januar ph)


Bank Sampah Bersinar (BSB) di Jalan Terusan Bojongsoang, Baleendah, sekilas seperti minimarket. Jumat (10/1/2020) pagi, minimarket itu masih sepi. Hanya beberapa petugas siap melayani warga yang akan menukarkan sampah.


Tumpukan sampah, semisal sampah plastik, kardus, dan botol, terlihat di bagian belakang gedung ini. Sampah-sampah itu merupakan setoran dari warga yang menabung atau berbelanja di sana.

"Warga bisa berbelanja sembako di sini dengan sampah," kata John Sumual (50), Manajer Developmen BSB, di ruang kerjanya, Jalan Terusan Bojongsoang, Jumat (10/1).


Bank Sampah Bersinar (BSB) di RW 09, Kelurahan Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jumat (10/1/2020). (Tribun Jabar/Januar Pribadi Hamel)


Selain berbelanja, warga juga bisa menabung di BSB. Sampah-sampah itu disetorkan warga ke BSB. Kemudian warga akan mendapat rekening BNI untuk tabungan.


BSB terbentuk dari inspirasi booming-nya bank sampah Malang. Bank sampah Malang ini merupakan bentukan dari Bank Sampah Bantul. Bank Sampah Bantul adalah bank sampah pertama di Indonesia.

"Kami terinspirasi oleh bank sampah Malang dan kami sesuaikan dengan karakteristik masyarakat di Bandung," kata John.


Kini, kata John, BSB menjadi bank sampah induk Kabupaten Bandung. "Tingkat keberhasilan meminimalisasi 0,001 persen lah, tapi minimal bisa mengubah kebiasaan masyarakat untuk membuang sampah ke sungai," katanya.

Menurut Maya, admin di BSB Bojongsoang, pengelolaan BSB lebih kepada sampah-sampah anorganiknya. Namun, katanya, BSB juga bisa menerima sampah organiknya untuk dijadikan pupuk.


"Kami juga bekerja sama dengan Departemen Pertanian. Kami bisa mengelola sampah organik menjadi pupuk kompos," kata Maya, Jumat lalu.


Maya berpendapat upaya ini belum berhasil 100 persen. Namun, katanya, BSB telah mengurangi 30 ton sampah per bulan yang terkumpul dari masyarakat.


BSB, yang berdiri 2014, sudah memiliki 200 unit (kelompok binaan) dan punya beberapa instansi untuk menabung sampah.


Menurut Maya, tanggapan dari masyarakat luar biasa, mereka langsung menyetor sampah-sampah tersebut.

Sosialisasi yang dilakukan BSB adalah melakukan pelatihan. Dalam pelatihan itu, masyarakat diedukasi kenapa sampah harus disetor ke bank sampah. Kemudian dijelaskan juga jenis-jenis sampah.


"Kalau mau menabung, sampah dipilah dulu. Yang anorganiknya ada yang basah ada yang kering. Mulailah dari diri sendiri untuk memilah," kata Maya. (januar ph)

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Berkah dari Bank Sampah di Baleendah, Ismail Berbagi dengan Anak Yatim, Warga Mulai Rebutan Sampah, https://jabar.tribunnews.com/2020/01/12/berkah-dari-bank-sampah-di-baleendah-ismail-berbagi-dengan-anak-yatim-warga-mulai-rebutan-sampah?page=3.

Penulis: Januar Pribadi Hamel | Editor: Tarsisius Sutomonaio


23 views0 comments
bottom of page