Laporan Wartawan TribunJabar.id Daniel Andreand Damanik
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Masker medis atau masker sekali pakai, menjadi kebutuhan yang wajib dimiliki setiap orang, khususnya dalam penerapan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 saat ini.
Fei Febri, selaku Direktur Bank Sampah Bersinar kepada Tribun Jabar menyampaikan bahwa akan ada masalah baru jika limbah masker sekali pakai tidak dikelola dengan baik dan benar.
"Masker sekali pakai itu mengandung bahan plastik juga. Jika tidak dikelola dengan baik, waktu untuk mengurainya bisa sampai 450 tahun," kata Fei Febri saat diwawancara di program studio Tribun Jabar, Selasa 15 Februari 2022.
Setelah diolah, limbah masker sekali pakai itu akan menjadi crude oil atau minyak mentah.
Saat ini minyak mentah tersebut akan disalurkan ke pelaku UMKM.
Alat pengelolaan limbah masker yang dimiliki Bank Sampah Bersinar saat ini, masih mampu mengelola puluhan kilogram limbah masker.
Ke depannya, Fei Febri mengatakan akan mengembangkan alat pengelolaan limbah masker agar bisa menampung ratusan kilogram limbah masker dalam sehari.
"Cara mengumpulkan limbah masker sebelum dikirimkan kepada kami ialah, pilah sampah masker sekali pakai dan masukkan ke dalam wadah khusus, kemudian semprot masker tersebut menggunakan cairan disinfektan. Jangan lupa berikan label pada wadah untuk mengenali jenis sampahnya dan masukkan ke dalam plastik atau kardus. Jika sudah, maka limbah bisa dikirimkan ke Jalan Terusan Bojongsoang No 174A, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung," kata Fei Febri.
Fei Febri mengatakan bahwa, untuk sementara, Bank Sampah Bersinar hanya menerima masker sekali pakai yang digunakan sehari-hari dari rumahtangga. Bukan dari pasien isoman, nakes, Rumah Sakit atau tempat layanan kesehatan lainnya .
Dari catatan Bank Sampah Bersinar yang dibagikan kepada Tribun Jabar, bahwa sudah ada 18 Ribu Ton limbah masker sekali pakai di Indonesia, dan setiap harinya terus bertambah. Hal tersebutlah yang mendorong Fei Febri berniat mengelola limbah masker tersebut.
Tidak ada batas minimal kuantitas limbah masker yang bisa dikirimkan ke Bank Sampah Bersinar.
Masyarakat yang mengirimkan limbah masker, tidak ada biaya yang dibebankan dari Bank Sampah Bersinar.
"Jika sampah lainnya bisa dikonversikan ke emas dan uang tunai, maka untuk sementara limbah masker sekali pakai yang dikirimkan, belum ada "reward" yang kami berikan,'" katanya.
Ilustrasi limbah masker sekali pakai yang akan diolah Bank Sampah Bersinar menjadi minyak mentah (TRIBUNJABAR.ID/DANIEL ANDREAND DAMANIK)
Selain mengelola limbah masker, Fei mengatakan bahwa di Bank Sampah yang dikelolanya tersebut juga sudah mengelola sampah popok bayi.
Sampah popok bayi tersebut diolah menjadi "Refuse Plastik Fuel", kertas daur ulang, dan pupuk cair. Sudah ada 25.145 kilogram popok bayi bekas pakai yang telah dikelola secara baik sepanjang tahun 2021 di Bank Sampah Bersinar.
Direktur Bank Sampah Bersinar berpesan agar masyarakat bertanggungjawab untuk setiap sampahnya, khususnya limbah masker sekali pakai. Fei mengatakan, bukan hal yang sulit untuk bertanggunggungjawab terhadap limbah tersebut, asalkan mau untuk memilah dan mengirimkanny ke Bank Sampah Bersinar. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Bank Sampah Bersinar Kelola Limbah Masker Menjadi Minyak Mentah, Masyarakat Bisa Kirimkan Masker, https://jabar.tribunnews.com/2022/02/15/tanggung-jawab-saat-pandemi-bank-sampah-bersinar-kelola-limbah-masker-menjadi-minyak-mentah.
Penulis: Daniel Andreand Damanik | Editor: Darajat Arianto
Comments